Inovasi Hijau: Kulit Nanas Diolah Jadi Bioetanol Ramah Lingkungan
Limbah kulit nanas kini bisa diubah menjadi bioetanol ramah lingkungan. Inovasi ini membuka peluang baru bagi energi terbarukan dan meningkatkan nilai ekonomi limbah pertanian di Indonesia.-Unsplash@Phoenix Han-
SUMUT.DISWAY.ID - Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen nanas terbesar di dunia. Setiap musim panen, jutaan ton buah nanas dihasilkan dan meninggalkan limbah kulit dalam jumlah besar.
Sayangnya, limbah ini kerap terbuang tanpa dimanfaatkan secara maksimal. Kini, para peneliti menemukan terobosan untuk mengolah kulit nanas menjadi bioetanol, bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Penelitian yang dipublikasikan oleh MDPI mengungkapkan bahwa kulit nanas memiliki kandungan gula dan selulosa yang tinggi, sehingga sangat potensial diolah menjadi bioetanol melalui proses fermentasi.
Proses ini diawali dengan hidrolisis untuk memecah selulosa, kemudian dilanjutkan fermentasi menggunakan mikroorganisme, dan diakhiri dengan distilasi guna memisahkan bioetanol dari bahan cair lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan efisiensi konversi gula dari kulit nanas cukup tinggi.
Bahkan, penambahan nutrisi seperti NPK saat fermentasi terbukti meningkatkan produksi bioetanol secara signifikan. Fakta ini memperkuat potensi limbah buah tropis sebagai sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia.
Selain menghasilkan energi bersih, pemanfaatan kulit nanas juga berdampak positif bagi lingkungan. Limbah yang sebelumnya mencemari kini dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi.
Pendekatan ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular, di mana sampah diubah menjadi sumber daya yang berguna dan berkelanjutan.
Dari sisi ekonomi, inovasi ini memberikan peluang baru bagi petani dan pelaku industri pertanian. Kulit nanas yang sebelumnya tidak memiliki nilai jual kini dapat menjadi tambahan penghasilan, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Lebih dari itu, bioetanol dari kulit nanas berperan penting dalam mengurangi emisi karbon. Dengan dukungan riset, kebijakan pemerintah, dan teknologi tepat guna, langkah ini dapat menjadi pijakan menuju masa depan energi hijau dan mandiri di Indonesia.
Sumber: