Prabowo dan Diplomasi Naratif: Sebuah Babak Baru dalam Hubungan Indonesia–Rusia

Kamis 19-06-2025,20:17 WIB
Reporter : Reza
Editor : Reza

DISWAY.ID - Peluncuran resmi edisi Rusia dari memoar dua jilid On the Art of Military Leadership karya Presiden Prabowo Subianto bukan sekadar peristiwa literasi biasa. Momen ini menandai babak penting dalam perjalanan diplomasi Indonesia–Rusia, sekaligus memperlihatkan bagaimana seorang pemimpin nasional membingkai visinya dalam konteks geopolitik global yang terus berubah.

Sebagai mantan prajurit dan kini kepala negara, Prabowo menjadikan tulisan sebagai alat untuk menyampaikan filosofi kepemimpinan, nilai-nilai perjuangan bangsa, dan pandangan strategisnya terhadap arah masa depan Indonesia. Buku ini menjadi medium naratif yang menjembatani pemahaman lintas negara dan budaya—memperkuat pesan bahwa Indonesia hadir di panggung dunia dengan identitas, prinsip, dan arah yang jelas.

Peluncuran versi Rusia buku ini bertepatan dengan kehadiran Presiden Prabowo di St. Petersburg International Economic Forum, menjadikannya simbol diplomasi yang kuat. Indonesia tak sekadar hadir sebagai peserta, tetapi membawa cerita, pandangan, dan semangat sebagai kekuatan menengah yang percaya diri dalam sistem global multipolar.

Lebih dari sekadar peluncuran buku, peristiwa ini adalah refleksi dari pengakuan dunia terhadap posisi Indonesia yang semakin strategis. Di tengah perubahan dinamika global—ketika poros kekuatan dan aliansi bergeser—Indonesia memperkuat dirinya sebagai mitra dialog yang setara. Dan Prabowo, lewat narasinya, memperlihatkan bagaimana kepemimpinan Indonesia dibangun di atas nilai kebangsaan dan prinsip universal.

Narasi Sebagai Instrumen Soft Power

Muncul pertanyaan: mengapa peluncuran buku menjadi penting dalam konteks hubungan luar negeri? Jawabannya terletak pada strategi soft power. Di era keterbukaan informasi dan komunikasi digital, kekuatan sebuah negara tidak hanya diukur dari militer atau ekonomi, tetapi juga dari kemampuannya menyampaikan narasi yang menyentuh, menginspirasi, dan dapat dimengerti oleh dunia.

Presiden Prabowo memahami bahwa sejarah bukan hanya ditulis oleh pengamat, tetapi juga oleh para pelaku utamanya. Dengan membagikan pemikiran, prinsip, dan pengalamannya dalam bentuk memoar, ia tidak hanya memperkenalkan sosoknya secara personal, tetapi juga memperluas ruang diplomasi kultural Indonesia.

Bagi Rusia, karya ini menambah dimensi baru dalam hubungan bilateral—sebuah kesempatan untuk memahami lebih dalam nilai dan cara pandang bangsa Indonesia. Bagi Indonesia, ini adalah upaya memperkuat eksistensi kepemimpinan nasional dalam wacana global. Dan bagi rakyat Indonesia, ini menjadi pengingat bahwa kekuatan sebuah bangsa juga terletak pada ide, bukan hanya produk ekspor.

Membangun Citra Lewat Kebijakan dan Konsistensi

Peluncuran memoar ini harus dibaca sebagai bagian dari strategi jangka panjang Indonesia dalam membangun citra negara yang aktif, independen, dan berbasis pada kepentingan nasional. Namun, di balik halaman-halaman buku, ada tantangan nyata yang menanti: stabilitas kawasan, relasi antarblok kekuatan dunia, serta kemampuan Indonesia menjaga keseimbangan tanpa kehilangan arah.

Di dunia yang semakin terhubung, diplomasi tak lagi terbatas pada meja perundingan. Ia berlangsung dalam media, di forum global, hingga dalam bentuk karya tulis. Indonesia, dengan sejarah panjang perjuangan dan keragaman sosialnya, punya modal besar untuk memainkan peran itu. Kini, tinggal bagaimana narasi itu dijaga: agar tetap hidup, membumi, dan berpihak pada rakyat.

Memoar Prabowo bukan akhir dari cerita, tapi awal dari misi besar: menulis sejarah baru tentang Indonesia yang berdaulat, disegani, dan hadir aktif membangun tatanan dunia yang lebih adil. Kepemimpinan yang ditulis, kini harus diwujudkan—dengan kebijakan yang nyata, suara yang berani, dan keberpihakan pada kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Kategori :