Habitat Terusik Pascabencana, Induk dan Anak Harimau Sumatera Teror Warga Angkola Sangkunur
Warga Desa Perkebunan I, Tapanuli Selatan, resah akibat kemunculan induk dan anak Harimau Sumatera di dekat pemukiman pascabencana.-Foto:Unsplash@Laura Nyhuis-
SUMUT.DISWAY.ID - Warga Desa Perkebunan I, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), kini hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Pasca rentetan bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Sumatera, seekor induk Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dilaporkan berkeliaran bersama anaknya di area perkebunan hingga mendekati permukiman warga sejak Kamis 11 Desember 2025.
Kemunculan satwa predator ini memicu kekhawatiran massal, mengingat posisinya yang sangat dekat dengan aktivitas harian masyarakat dan jalan raya.
Kronologi Pertemuan Warga dengan Harimau
Teror bermula ketika seorang warga bernama Irfan melihat langsung keberadaan induk harimau dan anaknya saat ia tengah beraktivitas di kebun pada sore hari. Merasa nyawanya terancam, Irfan segera melarikan diri untuk menyelamatkan diri dan melaporkan kejadian tersebut kepada perangkat desa.
Kondisi semakin mencekam pada Sabtu dan Minggu malam, ketika harimau tersebut terlihat melintas hingga ke area jalan raya. Warga bahkan menemukan jejak kaki berukuran besar yang tertinggal jelas di halaman rumah penduduk, yang memperkuat bukti bahwa satwa tersebut sudah memasuki zona domestik.
"Situasi sempat mencekam karena harimau kembali terlihat berkeliaran hingga ke jalan raya pada malam hari," ujar Kepala Desa Perkebunan I, Julianto, pada Selasa 16 Desember 2025.
Dugaan Gangguan Habitat Akibat Bencana
Masyarakat menduga bahwa kerusakan ekosistem akibat banjir dan longsor baru-baru ini menjadi faktor utama satwa dilindungi ini turun gunung. Terganggunya habitat asli memaksa harimau tersebut mencari mangsa hingga ke wilayah perkebunan dan desa.
Kejadian ini bukan pertama kalinya menghantui wilayah Angkola Sangkunur. Beberapa tahun silam, harimau dilaporkan pernah memangsa hewan ternak milik warga setempat. Selain warga, para pekerja proyek Pemerintah Kabupaten Tapsel yang sedang bertugas di sekitar lokasi juga memberikan kesaksian serupa mengenai kehadiran induk dan anak harimau tersebut.
Respons Pemerintah dan Upaya Penanganan
Pemerintah desa segera mengeluarkan imbauan keras agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Julianto meminta warga untuk membatasi aktivitas di kebun sendirian pada siang hari.
Menghindari bepergian pada malam hari, terutama di titik-titik rawan kemunculan. Segera melapor jika menemukan tanda-tanda baru keberadaan harimau.
Sementara itu, pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah Sipirok telah menerima informasi ini dan berkoordinasi dengan Humas BBKSDA Sumatera Utara. Pihak berwenang kini sedang meminta titik koordinat pasti lokasi pertemuan untuk segera melakukan langkah mitigasi guna menghindari konflik fisik antara manusia dan harimau.
Sumber: