Akses Terputus dan 85 Orang Tewas, Tapanuli Selatan Perpanjang Status Tanggap Darurat Bencana

 Akses Terputus dan 85 Orang Tewas, Tapanuli Selatan Perpanjang Status Tanggap Darurat Bencana

Banjir dan longsor di Tapanuli Selatan (Tapsel) menyebabkan 85 orang meninggal dunia, 1.704 rumah rusak, dan 7.248 warga mengungsi. Pemerintah daerah memperpanjang status Tanggap Darurat hingga 21 Desember 2025 di tengah kendala logistik dan infrastruktur-Foto:ANT-

Korban Jiwa Tembus 85 Orang, Ribuan Warga Tapsel Mengungsi

SUMUT.DISWAY.ID - Bencana banjir dan longsor akibat hujan lebat yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut) pekan lalu telah menimbulkan dampak kerusakan yang meluas dan parah. Hingga laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapsel per 8 Desember 2025, tercatat adanya kerusakan ekstensif pada permukiman, infrastruktur vital, serta gangguan serius pada akses transportasi utama.

Kepala Pelaksana BPBD Tapsel, Julkarnaen Siregar, merinci bahwa bencana ini telah merenggut 85 orang meninggal dunia, menyebabkan 69 orang luka-luka, dan 30 orang masih dalam status hilang. Secara total, bencana ini berdampak pada 197.835 jiwa. Korban terbanyak berasal dari Kecamatan Batang Toru dan Angkola Sangkunur yang terdampak langsung oleh banjir bandang.

"Kerusakan rumah mencapai 1.704 unit, terdiri atas rusak berat, sedang, ringan, hingga hilang terbawa arus," jelas Julkarnaen. Selain rumah, sebanyak 16 rumah ibadah, 28 bangunan sekolah, dan 89 titik jalan juga dilaporkan mengalami kerusakan signifikan.

Akses Transportasi Lumpuh dan Tanggap Darurat Diperpanjang

Kondisi infrastruktur semakin memperparah isolasi wilayah. Laporan BPBD mencatat sejumlah jalan utama masih terputus, termasuk akses vital Taput–Tapsel dan Tapteng–Tapsel, sementara jalur menuju Natal dikabarkan amblas. Kerusakan jalan dan jembatan di Sipirok dan Batang Toru semakin mempersulit upaya penanganan.

Menanggapi situasi yang belum pulih, Pemerintah Daerah Tapsel telah menetapkan Perpanjangan Status Tanggap Darurat selama 14 hari, terhitung mulai 8 hingga 21 Desember 2025. Saat ini, sebanyak 7.248 jiwa mengungsi dan tersebar di 28 titik, mencakup rumah ibadah, sekolah, dan tenda darurat.

Kebutuhan mendesak para pengungsi meliputi air bersih, layanan kesehatan, logistik, selimut, dan penerangan malam hari. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah menyalurkan bantuan berupa sembako, tenda keluarga, velbed, selimut, hygiene kit, genset, perahu polytelin, chainsaw, hingga perangkat komunikasi untuk memperkuat koordinasi di lapangan.

Kendala Lapangan dan Rekomendasi Mendesak

Di lapangan, upaya penanganan dihadapi oleh sejumlah kendala utama, termasuk pasokan BBM yang minim, keterbatasan alat berat, dan sulitnya mobilisasi personel. Selain itu, pemulihan layanan dasar seperti air bersih, listrik, dan PDAM belum sepenuhnya normal di beberapa wilayah.

Tim gabungan telah merekomendasikan percepatan suplai BBM, penambahan alat berat, penyediaan mobile water treatment, serta perbaikan jaringan PLN dan PDAM yang dipercepat. Tindakan ini dinilai krusial untuk mendukung fase pemulihan dan pelayanan dasar masyarakat di tengah perpanjangan masa tanggap darurat.

 

Sumber:

Berita Terkait