Sejarah Kota Medan Masa Kolonial: Dari Rawa ke Gemeente Modern dengan Arsitektur Megah

Sejarah Kota Medan Masa Kolonial: Dari Rawa ke Gemeente Modern dengan Arsitektur Megah

Pelajari sejarah perkembangan Kota Medan sejak dikuasai Belanda—dari pusat perdagangan tembakau, modernisasi infrastruktur hingga bangunan ikonik kolonial seperti Istana Maimun, Hotel de Boer, dan Bank Indonesia Medan.-Tripadvisor-

SUMUT.DISWAY.ID - Kota Medan, ibu kota Sumatera Utara, tidak hanya berkembang menjadi pusat perdagangan dan industri, tetapi juga menyimpan jejak sejarah panjang sejak masa kolonial Belanda. 

Dari perkebunan tembakau Deli hingga bangunan berarsitektur kolonial yang masih berdiri kokoh, Medan menyimpan kisah penting tentang transformasi dari kampung kecil menjadi kota besar.

Dahulu hanyalah rawa-rawa di tanah Deli, Kota Medan bertransformasi menjadi pusat administrasi dan perdagangan di bawah penjajahan Belanda. Pada pertengahan abad ke-19, Kedatangan Belanda memperkenalkan komoditas unggulan seperti tembakau Deli yang menjadi tumpuan ekonomi kawasan ini. 

Belanda pun memindahkan ibu kota residensi dari Labuhan ke Medan pada 1 Maret 1887, lalu mengangkatnya menjadi pusat pemerintahan pada 1915–1918, dan menetapkan Medan sebagai gemeente atau kotapraja mulai 1918.

Tata kota modern mulai terbentuk dengan pembangunan infrastruktur penjajahan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, hingga sistem drainase. Mereka juga menanam pohon mahoni menghiasi jalan-jalan hingga pelabuhan Belawan, menjadikan Medan sebagai "green city" colonial.

Beragam bangunan kolonial kini menjadi warisan sejarah yang masih berdiri kokoh. Istana Maimun, dibangun antara 1887-1891, adalah lambang akulturasi desain Melayu, Islam, India, hingga Eropa, kini difungsikan sebagai museum.

Kemudian ada Hotel de Boer (1898), pernah menampung tamu kenamaan seperti Mata Hari, sekarang menjadi Inna Dharma Deli.

Bangunan lainnya seperti Balai Kota Medan dan Gedung Bank Indonesia (dahulu Bank Belanda, berdiri 1906–1907), hingga Kantor Pos Lama Medan (didirikan 1911), mempertegas karakter budaya dan pemerintahan kolonial yang masih terasa hingga kini.

Tjong A Fie Mansion juga menjadi saksi sejarah urbanitas Medan di awal abad ke-20. Dibangun oleh pengusaha Tionghoa berpengaruh, rumah ini kini menjadi museum yang menyimpan hidupnya dalam batu dan kayu.

Fokus pembangunan juga mencakup ruang publik. Lapangan Merdeka (Esplanade) dirancang Belanda sebagai pusat kegiatan sosial dan simbol urbanisme colonial. 

Infrastruktur publik lain seperti perumahan sehat (Volkshuisvesting), serta fasilitas kesehatan dan pendidikan turut berkembang sesuai kebutuhan kota yang tumbuh cepa.

Transformasi Medan dari kawasan rawa ke kota metropolitan penuh gedung megah dan fasilitas publik menjadikannya kota terpenting di luar Jawa. Keberagaman etnis, infrastruktur jalan dan rel, hingga bangunan ikonik yang tersisa menjadi bukti perkembangan ini.

 

Sumber: