Mengenal Lebih Dekat: Keraton Mangkunegaran Surakarta

Halaman Puro Mangkunegaran--dokumen-pribadi/debora
SUMUT.DISWAY.ID-Keraton Mangkunegaran atau lebih sering dikenal sebagai Puro Mangkunegaran adalah salah satu istana kerajaan yang terletak di Jalan Ronggowarsito, Keprabon, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Puro Mangkunegaran adalah destinasi wisata pelestarian budaya dan pendidikan yang wajib dikunjungi. Istana ini memiliki sejarah yang kaya dan merupakan salah satu peninggalan budaya yang penting dalam konteks kebudayaan Jawa.
Sejarah Keraton Mangkunegaran
Keraton Mangkunegaran didirikan pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said yang kemudian dikenal sebagai Mangkunegara I atau yang sekarang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I. Pada awalnya, Mangkunegaran adalah bagian dari Kerajaan Mataram yang mengalami pecah belah setelah Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Mangkunegara I diangkat menjadi penguasa wilayah tersebut oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang saat itu berkuasa di Hindia Belanda. Penyebab pendiriannya adalah konflik suksesi di Keraton Kasunanan Solo antara Pangeran Puger (Sunan Pakubuwono III) dan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I), yang berujung pada perpecahan dan terbentuknya dua keraton terpisah. Mangkunegara I memperoleh wilayah kekuasaan di bagian timur Sungai Bengawan Solo, sementara Kasunanan Solo di sebelah barat sungai.
Pada tahun 1757 hingga 1946, Keraton Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang diberi wewenang untuk memerintah wilayahnya sendiri, dan wajib memiliki tentara pribadi untuk menjaga kekuasaan wilayahnya. Akan tetapi pada tahun 1950, hak otonom yang diberikan kepada Keraton Mangkunegaran dicabut, sehingga Mangkunegaran hanya sebuah keraton dengan pemimpin (raja) tanpa kekuasaan.
Sejak pendiriannya, Keraton Mangkunegaran telah menjadi pusat kebudayaan dan keagamaan bagi masyarakat Solo. Para penguasa Kraton Mangkunegaran secara turun temurun memainkan peran penting dalam menjaga tradisi budaya Jawa dan mempromosikan seni dan kebudayaan di wilayah mereka. Bahkan Keraton ini juga memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan nasional Indonesia, baik pada masa kolonial Belanda maupun selama periode kemerdekaan.
Arsitektur Keraton Mangkunegaran
Keraton Mangkunegaran menampilkan arsitektur tradisional Jawa yang khas, dengan bangunan-bangunan yang didominasi oleh kayu Jati dan batu alam. Secara arsitektur, kompleks bangunannya memiliki bagian-bagian seperti pamédan, pendhapa, pringgitan, dalem, dan keputrèn. Dan seluruh bangunan yang ada di kompleks dikelilingi oleh tembok, hanya bagian pamédan yang diberi pagar besi. Selain itu, bangunan-bangunan tersebut dikelilingi oleh taman yang indah dan halaman terbuka yang di tengah-tengah halamannya terdapat air mancur kecil sehingga menambah pesona dan keelokan keraton ini.
Arsitektur Keraton Mangkunegaran tidak hanya menunjukkan keindahan visual, tetapi juga mengandung makna filosofis yang dalam. Setiap detail bangunan, seperti ornamen-ornamen dan pola-pola ukiran, menggambarkan kehidupan spiritual dan kepercayaan Jawa yang kaya akan simbolisme.
Koleksi dan Artefak Bersejarah di Puro Mangkunegaran
Puro Mangkunegaran menyimpan koleksi yang sebagian besar merupakan peninggalan zaman Majapahit pada tahun 1293-1478 dan Kerajaan Mataram pada tahun 1586-1755. Terdapat seperangkat gamelan yang dinamai Kyai Kanyut Mesem. Di dalam Puro, terdapat Pringgitan yaitu ruang dimana keluarga menerima pejabat serta memiliki kegunaan untuk mementaskan wayang kulit. Dan juga terdapat beberapa lukisan karya Basuki Abdullah, pelukis kenamaan Solo.
Selain itu, terdapat juga koleksi benda-benda perunggu, seperti benda-benda keperluan untuk meditasi dan barang-barang dari emas, seperti gelang, kalung, subang, anting-anting, rantai, badong, jam, tempat cerutu dan masih banyak lagi. Koleksi-koleksi ini memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan istana pada masa lampau dan mempertahankan warisan budaya Mangkunegaran yang berharga.
Informasi Tiket dan Jam Buka di Puro Mangkunegaran
Puro Mangkunegaran buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu, dan Minggu dari pukul 08.00 hingga 15.00 WIB. Namun, pada hari Senin Wage dan Kamis, jam bukanya mulai pukul 08.00 hingga 14.30 WIB. Untuk harga tiket masuk ke Puro Mangkunegaran relatif murah dan terjangkau.
Sumber: