Skandal Taruhan Guncang A-League: Dua Pemain Akui Terlibat Match-Fixing Kartu Kuning
Sumut.Disway.id - Dunia sepak bola Australia diguncang skandal besar setelah dua pemain profesional mengaku bersalah karena terlibat manipulasi taruhan dengan sengaja mendapatkan kartu kuning dalam pertandingan A-League.
Dalam persidangan yang digelar hari Kamis di Sydney, Kearyn Baccus (33 tahun) dan Clayton Lewis (27 tahun) menyatakan bersalah atas tindak korupsi dalam hasil taruhan olahraga. Keduanya menerima bayaran hingga 10.000 dolar Australia (sekitar Rp108 juta) untuk dengan sengaja melakukan pelanggaran agar mendapat kartu kuning dari wasit.
Dalang Utama Diduga Mantan Kapten Macarthur FC
Nama besar dalam skandal ini adalah Ulises Davila (33 tahun), mantan kapten klub Macarthur FC, yang diduga menjadi penghubung antara para pemain dan kelompok kriminal asal Kolombia. Davila diduga berperan sebagai koordinator agar pelanggaran yang mengarah pada kartu kuning terjadi di laga tertentu selama musim 2023 dan 2024.
Meski belum mengajukan pembelaan, Davila menghadapi sembilan dakwaan, dan akan kembali ke pengadilan bulan depan. Sementara itu, dakwaan tambahan terhadap Baccus dan Lewis tentang keterlibatan dalam kelompok kriminal telah dicabut sebagai bagian dari kesepakatan dengan jaksa.
Perjudian Skema Menghasilkan Ratusan Ribu Dolar
Menurut kepolisian, skema taruhan yang mereka jalankan telah menghasilkan ratusan ribu dolar dalam kemenangan taruhan. Praktik semacam ini merusak integritas pertandingan dan membuka celah besar dalam dunia taruhan olahraga.
Akibat kasus ini, ketiga pemain tersebut langsung diberhentikan oleh liga. Kontrak Davila dengan Macarthur FC telah diputus segera setelah penangkapannya, Baccus dilepas oleh klub saat bursa transfer 2024, dan Lewis hingga kini masih menjalani skorsing.
Proses Hukum Masih Berlanjut
Kearyn Baccus dan Clayton Lewis dijadwalkan akan dijatuhi hukuman pada bulan September, sedangkan proses hukum terhadap Davila masih berjalan. Kasus ini menjadi peringatan keras bagi dunia olahraga bahwa manipulasi taruhan tak hanya merusak reputasi individu, tetapi juga mengancam kredibilitas kompetisi.
Skandal match-fixing A-League ini menjadi tamparan keras bagi sepak bola Australia dan dunia olahraga secara umum. Saat teknologi taruhan dan pantauan semakin maju, kasus seperti ini menunjukkan bahwa integritas pertandingan tetap rentan jika tidak disertai pengawasan ketat dan komitmen etika dari para pelakunya.