Sumut.Disway.id – Di tengah kekayaan kuliner Nusantara yang berlimpah, Sumatera Utara menyimpan satu kudapan khas yang tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki nilai budaya tinggi. Namanya adalah Pohul-Pohul, kue tradisional khas Batak Tapanuli yang telah lama menjadi bagian penting dalam berbagai upacara adat.
Jika Anda berkunjung ke tanah Batak, mencicipi Pohul-Pohul bukan sekadar menikmati makanan. Anda sedang menyentuh bagian dari kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Asal-Usul Pohul-Pohul dalam Tradisi Marhusip
Dalam adat Batak, terutama pada upacara marhusip atau musyawarah pernikahan antara dua keluarga, kue Pohul-Pohul memiliki kehadiran yang tak tergantikan. Kue ini disajikan sebagai bentuk simbolis dalam pertemuan raja adat dari pihak perempuan dan laki-laki yang membahas persiapan pernikahan.
Perdebatan yang sering kali terjadi dalam marhusip dianggap bagian penting dari proses mencapai kesepakatan. Suasana diskusi yang panas bahkan disamakan dengan suara ribut para tukang kayu yang sedang menyusun papan—keras, tapi bertujuan membangun sesuatu yang kokoh dan utuh.
Di sinilah Pohul-Pohul menjadi simbol penting. Dalam proses pembuatannya, adonan tepung beras, kelapa parut, dan gula merah dikepal dengan tangan hingga padat dan berbentuk. Kepalan tangan ini melambangkan kekuatan, kesepakatan, dan keteguhan hati yang diharapkan terjalin dalam proses penyatuan dua keluarga.
Filosofi Lima Jari dan Lima Waktu
Ciri khas utama Pohul-Pohul adalah bekas jari-jari yang tertinggal di permukaannya. Ini bukan kebetulan, tetapi justru menjadi bagian dari simbolisasi lima waktu penting (hatihasilima) dalam budaya Batak:
Poltak mata ni ari – saat matahari terbit
Pangului – pagi hari
Hos ari – tengah hari
Giling ari – jelang sore
Bot ari – saat matahari terbenam
Lima waktu ini menjadi pengingat bagi pasangan yang akan menikah agar selalu menjaga komitmen, saling membantu, dan mengingat janji adat yang telah dibuat sepanjang waktu.
Cara Membuat dan Menyajikan Kue Pohul-Pohul
Resep Pohul-Pohul cukup sederhana: tepung beras, kelapa parut, dan gula merah. Campuran ini dikepal dengan kuat hingga membentuk kue padat yang khas. Ada dua cara penyajian: mentah (dengan santan encer dan taburan irisan gula) atau dikukus selama 15 menit hingga matang sempurna.
Kini, Pohul-Pohul tak lagi hanya muncul di upacara adat. Kue ini sudah menjadi camilan favorit masyarakat Batak untuk sajian harian, pesta keluarga, hingga menjadi oleh-oleh khas dari Tapanuli.